Puan Maharani menjadi pemateri dalam kuliah tamu bertemakan pembinaan
karakter dan sumpah pemuda di Universitas Brawijaya. Ketua Fraksi PDI
Perjuangan tersebut memaparkan relevansi sumpah pemuda di jaman moderen.
"Relevansi sumpah pemuda saat ini terletak pada tantangan perubahan
jaman. Bung Karno, Presiden RI yang ke-1 pernah memprediksikan bahwa
bentuk penjajahan di masa depan lebih bersifat neo kolonialisme dan neo
imperialisme," katanya di gedung Widyaloka, Kamis (11/11).
Berikut ini makalah lengkap Puan Maharani yang berjudul: “Semangat Sumpah Pemuda dalam Memperkukuh Persatuan dan Kesatuan Bangsa”
Assalamualaikum Wr Wb
Salam Sejahtera Untuk Hadirian Sekalian
Merdeka...!!!
Yang saya hormati
Rektor Universitas Brawijaya Malang
Para Pembantu Rektor
Para Dekan, Pembantu Dekan dan Para Dosen
Adik-adik Mahasiswa
Seluruh Civitas Akademika Universitas Brawijaya serta Hadirin Sekalian
Pertama, ijinkan saya mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan hidayahNYA, saya dapat datang dan bertemu dengan segenap civitas akademika Universitas Brawijaya Malang dan semua yang hadir di sini untuk menyampaikan sebuah kuliah umum dalam rangka menyongsong peringatan 84 tahun Sumpah Pemuda yang akan jatuh pada tanggal 28 Oktober 2012 yang akan datang.
Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan Rektor Universitas Brawijaya Malang, melalui Pembantu Rektor III yang telah secara khusus mengundang saya menghadiri acara ini sekaligus menyampaikan kuliah umum dengan topik: ”Semangat Sumpah Pemuda dalam Memperkukuh Persatuan dan Kesatuan Bangsa” di depan hadirin sekalian khususnya para mahasiswa Universitas Brawijaya dari berbagai fakultas yang merupakan generasi muda bangsa calon pemimpin-pemimpin bangsa di masa yang akan datang.
Hadirin yang saya hormati,
Berbicara mengenai pemuda dan masa depan suatu bangsa ibarat dua sisi mata uang. Ia menyatu dan tidak dapat dipisahkan. Masa depan suatu bangsa akan terletak bagaimana eksistensi para pemudanya, terutama menyangkut aspek patriotisme dan semangat nasionalismenya. Hampir semua sejarah bangsa-bangsa di dunia lahir dari peran dan kiprah kaum mudanya, tidak terkecuali sejarah bangsa Indonesia sendiri.
Berikut ini makalah lengkap Puan Maharani yang berjudul: “Semangat Sumpah Pemuda dalam Memperkukuh Persatuan dan Kesatuan Bangsa”
Assalamualaikum Wr Wb
Salam Sejahtera Untuk Hadirian Sekalian
Merdeka...!!!
Yang saya hormati
Rektor Universitas Brawijaya Malang
Para Pembantu Rektor
Para Dekan, Pembantu Dekan dan Para Dosen
Adik-adik Mahasiswa
Seluruh Civitas Akademika Universitas Brawijaya serta Hadirin Sekalian
Pertama, ijinkan saya mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan hidayahNYA, saya dapat datang dan bertemu dengan segenap civitas akademika Universitas Brawijaya Malang dan semua yang hadir di sini untuk menyampaikan sebuah kuliah umum dalam rangka menyongsong peringatan 84 tahun Sumpah Pemuda yang akan jatuh pada tanggal 28 Oktober 2012 yang akan datang.
Selanjutnya saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan Rektor Universitas Brawijaya Malang, melalui Pembantu Rektor III yang telah secara khusus mengundang saya menghadiri acara ini sekaligus menyampaikan kuliah umum dengan topik: ”Semangat Sumpah Pemuda dalam Memperkukuh Persatuan dan Kesatuan Bangsa” di depan hadirin sekalian khususnya para mahasiswa Universitas Brawijaya dari berbagai fakultas yang merupakan generasi muda bangsa calon pemimpin-pemimpin bangsa di masa yang akan datang.
Hadirin yang saya hormati,
Berbicara mengenai pemuda dan masa depan suatu bangsa ibarat dua sisi mata uang. Ia menyatu dan tidak dapat dipisahkan. Masa depan suatu bangsa akan terletak bagaimana eksistensi para pemudanya, terutama menyangkut aspek patriotisme dan semangat nasionalismenya. Hampir semua sejarah bangsa-bangsa di dunia lahir dari peran dan kiprah kaum mudanya, tidak terkecuali sejarah bangsa Indonesia sendiri.
84 tahun silam atau tepatnya tanggal 28 Oktober 1928, yang kita kenal sebagai hari Sumpah Pemuda Indonesia itu, ditandai sebagai peristiwa lahirnya Indonesia sebagai sebuah bangsa. Peristiwa bersejarah itu kemudian menjadi bagian dari tonggak penting sejarah Indonesia karena tujuh belas tahun setelah itu bangsa Indonesia berhasil memproklamirkan kemerdekaan Indonesia sebagai sebuah negara-bangsa pada tanggal 17 Agustus 1945.
Peringatan hari Sumpah Pemuda Indonesia yang selalu kita laksanakan setiap tanggal 28 Oktober tiap tahunnya, peristiwa bersejarah yang dilakukan oleh para pemuda Indonesia pada waktu itu, senantiasa menjadi pelajaran berharga serta memberikan hikmah untuk kita jadikan pedoman pemikiran, pijakan dan sekaligus kompas bagi kita, generasi bangsa yang hidup di era kemerdekaan ini untuk mengawal dan meneruskan cita-cita perjuangan mereka.
Hadirin yang saya hormati,
Setidaknya ada tiga hal penting yang dapat kita petik sebagai hikmah dari peringatan Sumpah Pemuda kali ini sebagai intisari dari pidato saya ini. PERTAMA, semangat heroisme dan patriotisme pemuda Indonesia saat itu muncul dari kesadaran historis bangsa Indonesia yang telah beratus-ratus tahun dijajah oleh kekuatan kolonialisme. Politik devide et impera atau politik pecah belah kaum kolonialisme dan imperalisme asing berhasil membuat kekuatan dalam tubuh bangsa kita tercerai berai. Perpecahan itulah yang akhirnya membuat kita lemah tak berdaya. Kesadaran historis itu pulalah yang telah membentuk kesadaran situasi dan membentuk pikiran serta sikap kolektif pemuda-pemuda Indonesia untuk merumuskan kembali strategi perjuangan dan melakukan perlawanan secara lebih sistematis. Dengan metode dialektika berpikir yang mereka gunakan, momentum Sumpah Pemuda Indonesia itu telah berhasil merumuskan strategi perjuangan baru bangsa Indonesia, dengan menggalang persatuan nasional melalui pernyataan kehendak dan tekad bersama untuk bersatu yakni berbangsa, berbahasa dan bertanah air satu: INDONESIA sebagai antitesis politiknya.
KEDUA, pergerakan perjuangan pemuda Indonesia pada waktu mempunyai arah dan tujuan yang jelas yakni merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari tangan penjajah. Mereka tidak terjebak pada persoalan-persoalan perbedaan agama, kesukuan, ras, kedaerahan dan golongan. Bagi mereka, kemerdekaan dan kemuliaan bangsa Indonesia adalah mission sacre yang harus menjadi tujuan bagi segenap gerakan pemikiran dan perjuangan pemuda Indonesia pada waktu itu. Semangat persatuan nasional yang mereka kobar-kobarkan itulah yang akhirnya menjadi roh, jiwa dan sekaligus menjadi energi serta kekuatan bangsa Indonesia. Berkat persatuan dan kesatuan segenap kekuatan bangsa pada waktu, akhirnya kita mampu melawan dan mengusir penjajah asing dari bumi Indonesia.
KETIGA, hikmah berikutnya yang dapat kita petik dari peristiwa Sumpah Pemuda itu adalah semangat pantang menyerah dan rela berkorban demi kepentingan bangsa yang lebih besar. Mereka tidak hanya mengorbankan harta benda yang mereka miliki, tetapi juga rela mengorbankan jiwa dan raga mereka. Kesadaran politik yang muncul dalam semangat perjuangan mereka, telah menjauhkan pikiran, sikap dan tindakan mereka dari kepentingan-kepentingan yang bersifat kepentingan golongan, kelompok apalagi individu.
Hadirin sekalian yang berbahagia,
Pertanyaan bagi kita semua saat ini adalah, apakah masih relevan kita selalu memperingati hari Sumpah Pemuda ini dan di manakah letak relevansinya bagi kita semua khususnya generasi muda bangsa Indonesia? Bagi saya jawabannya adalah sangat relevan. Faktor relevansinya terletak pada tantangan jaman yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini secara susbtansial sesungguhnya memiliki kesamaan dengan tantangan yang dihadapi oleh pemuda-pemuda Indonesia angkatan 1928. Faktor diferensiasinya hanyalah terletak pada konteks dan jamannya saja.
Untuk mengurai jawaban dan pernyataan tersebut, saya ingin mengutip pidato Bung Karno yang beliau sampaikan di depan sidang pengadilan Belanda tahun 1930 yang terkenal dengan pidato ”Indonesia Menggugat”. Jauh-jauh hari, bahkan ketika itu masih dalam suasana penjajahan kolonial, Bung Karno sudah mengingatkan kepada kita semua bahwa suatu saat nanti akan datang penjajahan dalam bentuk baru atau yang beliau sebut dengan neokolonialisme dan neoimperialisme. Istilah itu digunakan Bung Karno untuk memprediksi perkembangan dunia di masa yang akan datang. Bung Karno lebih jauh menjelaskan bahwa neokolonialisme dan neoimperilaisme itu adalah penjajahan dalam bentuk baru yang bukan dengan cara menguasai atau menduduki suatu bangsa secara langsung seperti terjadi di masa lampau. Ciri-ciri dari praktek neokolonialisme-imperialisme itu antara lain dengan menjadikan tanah jajahan sebagai sumber bahan baku bagi industrinya, menjadikan rakyat jajahan sebagai sumber tenaga kerja yang murah, dan menjadikan tanah jajahan sebagai tempat penanaman modal, serta pasar bagi produk industri kapitalismenya.
Apakah pernyataan dan prediksi Bung Karno di tahun 1930 itu hari ini terbukti relevan atau tidak? Apakah kita juga sudah memiliki kesadaran historis untuk membangun persepsi yang sama terhadap faktor-faktor yang menjadi ancaman bangsa Indonesia saat ini dan apakah kita juga masih memiliki semangat patriotisme dan nasionalisme serta sikap rela berkorban yang pernah diajarkan oleh para pendahulu kita sebagaimana yang telah saya uraikan di atas? Untuk memberikan penjelasan atas hal itu saya akan mencoba mendeskripsikan situasi dan kondisi kekinian bangsa Indonesia.
Hadirin yang saya cintai,
Era reformasi yang bergulir sejak tahun 1998 lalu telah banyak menimbulkan perubahan yang sangat signifikan dan fundamental dalam kehidupan kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan kita. Pada era ini, berbagai pengamat sosial politik sering mengatakan sebagai kemenangan kaum neoliberal dalam mempengaruhi dan bahkan ikut membentuk berbagai kebijakan negara melalui berbagai pembentukan peraturan perundang-undangan.
Proses masuknya faham neoliberalisme itu dimulai dari perubahan pada tingkat UUD 1945 yang telah dilakukan melalui proses amandemen sejak tahun 1999 sampai dengan tahun 2002. Perubahan UUD 1945 itu telah berdampak luas pada perubahan sistem politik, ekonomi dan hukum. Berbagai perubahan di bidang ketatanegaraan itu akhirnya juga berdampak kepada sistem dan perilaku sosial masyarakat Indonesia.
DI BIDANG POLITIK, sistem demokrasi yang kita jalankan saat ini sudah semakin jauh mengikuti ajaran atau nilai-nilai demokrasi liberal yang bercirikan atas politik pencitraan, kalkulasi jumlah suara dan pendekatan menang dan kalah (the winner take all). Hal itu sesungguhnya sangat bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi Pancasila yang mengedepankan prinsip musyawarah untuk mufakat dan saling bergotong royong.
DI BIDANG EKONOMI, berbagai regulasi yang mengatur sendi-sendi kehidupan ekonomi bangsa yang seharusnya diusahakan untuk sebesar-sebesarnya kemakmuran rakyat Indonesia telah bergeser dan banyak yang berorientasi kepada kepentingan kapital atau kaum pemilik modal. Kekayaan bumi dan air serta kekayaan alam yang terkandung di dalam wilayah Indonesia yang seharusnya dikuasai dan dikelola negara untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, sekarang ini telah diserahkan kepada mekanisme pasar yang mengutamakan perhitungan untung dan rugi bagi kaum pemilik modal.
DI BIDANG HUKUM, pembangunan hukum nasional kita melalui pembentukan peraturan perundang-undangan sudah semakin jauh meninggalkan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara. Banyaknya undang-undang yang telah dibatalkan Mahkamah Konstitusi membuktikan banyaknya produk undang-undang yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD NRI 1945.
DI BIDANG KEBUDAYAAN, masuknya berbagai nilai-nilai asing, baik yang datang dari barat maupun dari timur dalam arus deras globalisasi telah menggerus sebagian nilai-nilai kepribadian bangsa Indonesia. Semangat toleransi dan gotong royong yang menjadi ciri keaslian budaya bangsa Indonesia selama ini, akhir-akhir ini mengalami krisis yang semakin parah. Konflik-konflik sosial terbuka, baik yang bersifat horisontal atau yang terjadi antar sesama kelompok dan golongan di tengah masyarakat, sampai konflik terbuka yang bersifat vertikal atau antara sesama lembaga negara kini sudah menjadi tontonan rutin setiap hari segenap rakyat Indonesia melalui berbagai media massa.
Secara horisontal, konflik antar kelompok yang berbeda agama dan keyakinan di berbagai daerah di Indonesia serta tawuran antar pelajar sekolah adalah salah satu contoh soal yang paling banyak mewarnai hari-hari konflik masyarakat Indonesia saat ini. Sementara secara vertikal, konflik terbuka dan semangat adu kekuatan antara Polri dan KPK telah terjadi berulang-ulang di antara sesama lembaga penegak hukum.
Ketiga contoh permasalahan bangsa yang saya gambarkan secara singkat di atas, baik yang menyangkut aspek politik, ekonomi maupun kebudayaan, jikalau kita kaji dalam dimensi ideologis, maka akan kita dapati suatu kenyataan, bahwa hal itu merupakan manifestasi dari bahaya dan ancaman neololonialisme dan neoliberalisme yang dimaksudkan Bung Karno pada tahun 1930 lampau.
Saat ini memang tidak ada kekuatan militer asing yang datang dan menduduki wilayah teritorial Indonesia. Tidak ada pula pangkalan-pangkalan militer asing yang berdiri di wilayah NKRI. Namun, melalui berbagai agen-agen kekuatan neokolonialisme dan neoimperialIsme di Indonesia, mereka berhasil masuk dan mempengaruhi berbagai kebijakan peraturan perundang-undangan kita. Tidaklah mengherankan jika saat ini banyak peraturan perundang-undangan kita yang telah bercorak liberal karena banyak berpihak kepada kepentingan ekonomi global atau kaum pemilik modal yang merugikan kepentingan ekonomi rakyat Indonesia sendiri.
Di sisi lain, situasi dan kondisi perpecahan antar kekuatan-kekuatan bangsa Indonesia yang terjadi di masa pra kemerdekaan dahulu sebagai akibat politik devide et impera yang dipraktekkan oleh rejim kolonialisme pada waktu itu, juga terjadi pada situasi dan kondisi masyarakat dan bangsa Indonesia saat ini. Berbagai konflik dan perpecahan di tengah-tengah masyarakat kita akhir-akhir, baik yang berlatar belakang perbedaan agama dan keyakinan, perbedaan kepentingan politik maupun konflik kepentingan ekonomi, semuanya akan berdampak sangat jelas yakni menggoyahkan sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa. Pecahnya persatuan nasional bangsa Indonesia itu pada gilirannya akan melemahkan posisi bangsa Indonesia dihadapan kekuatan neokolonialisme dan neoimperialisme yang telah diramalkan oleh Bung Karno 82 tahun silam itu.
Hadirin sekalian yang saya banggakan,
Kalau kita mau dan berani jujur terhadap sejarah, sebenarnya Bung Karno bukan hanya bisa memprediksi situasi dan kondisi ancaman masa depan yang akan menimpa nasib bangsanya pada tahun 1930 itu. Tetapi beliau juga telah menyiapkan konsepsi-konsepsinya untuk menghadapi ancaman dan bahaya neokolonialisme dan neoimperialisme itu.
Oleh karena itu, beliau telah menyampaikan konsepsinya itu dalam pidatonya, pada peringatan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1964 di Istana Negara. Bung Karno telah menawarkan satu konsepsi untuk melawan bahaya neokolonialisme dan neoimperialisme itu. Konsepsi itu yang saat ini kita kenal dengan ajaran Trisakti Bung Karno, yaitu kita harus berdaulat di bidang politik, kita harus berdikari atau berdiri di atas kaki sendiri dalam membangun kekuatan ekonomi bangsa dan kita juga harus mengembangkan kebudayaan nasional yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia sendiri.
Para hadirin yang berbahagia,
Berangkat dari perspektif pemikiran dan deskripsi situasi dan kondisi kekinian itulah, saya menilai momentum memperingati Sumpah Pemuda ini mempunyai makna yang sangat penting dan strategis. Sebagai sebuah bangsa yang besar, kita harus jadikan momentum ini sebagai sarana instropeksi dan retrospeksi diri sekaligus untuk dapat memproyeksikan agenda penyelamatan masa depan bangsa dan negara Indonesia ke arah yang lebih baik lagi.
Semangat patriotisme, nasionalisme dan kesadaran serta pemahaman akan tantangan yang dihadapi bangsa saat ini serta strategi problem solving-nya tidak boleh menurun apalagi kalah dari apa yang telah ditunjukan oleh generasi muda bangsa angkatan 1928 lalu. Kita tidak boleh keliru mempersepsikan tantangan nyata yang dihadapi bangsa kita hari ini. Kita juga tidak boleh lagi terjebak oleh berbagai upaya provokasi politik adu domba yang dijalankan oleh siapapun yang akan memecah belah persaudaraan kebangsan kita dan akan menggoyahkan persatuan nasional kita.
Tujuan perjuangan yang kita laksanakan pada bidang pengabdian kita masing-masing juga haruslah kita letakan pada upaya mencapai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang telah dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 dan bukan untuk tujuan-tujuan lainnya.
Kita harus punya komitmen yang kuat untuk memperkukuh kembali rasa dan semangat persaudaraan kebangsaan kita di atas prinsip-prinsip empat pilar kehidupan berbangsa yang telah menjadi konsensus nasional bangsa Indonesia. Prinsip-prinsip itu adalah nilai-nilai Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara, UUD NRI 1945 sebagai konsitusi negara, NKRI sebagai bentuk negara yang final dan harus kita jaga keutuhannya serta Bhinneka Tunggal Ika sebagai sistem sosial dan semboyan bangsa Indonesia.
Hadirin yang terhormat,
Di akhir pidato ini, saya ingin mengutip sekali lagi pidato Presiden Pertama RI, Bung Karno pada saat peringatan hari kemerderkaan Republik Indonesia 17 Agustus 1966 di Istana Negara. Bung Karno mengatakan dan mengingatkan kita semua agar ”jangan sekali-kali kita meninggalkan sejarah”.
Marilah kita jadikan pesan Bung Karno kepada kita semua itu sebagai pedoman dalam mengisi alam kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para Pendiri Bangsa kita. Tidak ada bangsa yang besar yang tidak bertumpu pada kebesaran sejarah bangsanya masing-masing. Marilah, kita semua generasi muda bangsa, mau dan bersedia menjadi perkakasnya sejarah, untuk membangun peradaban bangsa dan dunia yang lebih baik lagi demi masa depan anak cucu kita dikemudian hari. Karmane Fadikaratse Mapalesyu Kadatjana-Kerjakanlah Kewajibanmu Tanpa Menghitung-hitung Akibatnya atau Untung Ruginya.
Dirgahayu Pemuda Indonesia
Sekali Merdeka Tetap Merdeka
Wassalamualaikum Wr Wb
Merdeka !!!
Kota Malang, 11 Oktober 2012
Ketua Bidang Politik dan Antar Lembaga
DPP PDI Perjuangan
Puan Maharani
Sumber : http://www.pdiperjuangan.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=951:semangat-sumpah-pemuda-memperkukuh-persatuan-dan-kesatuan-bangsa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar